Kemping Pertamanya Damai

Bersyukur sekali akhirnya bisa mewujudkan kemping bareng teman-teman Pijar yang lama tertunda. Awal bicara soal kemping adalah bulan Mei tapi baru bisa terwujud 31 Oktober – 1 November kemarin.
Pertengahan September lalu saya, Dewi dan mbak Dinov mendadak memutuskan survei ke Cilember puncak untuk melihat apakah lokasinya bisa dan cocok untuk kami pakai kemping keluarga. Di hari itu kami juga mampir ke Pasir Mukti. Ternyata kedua tempat teraebut belum sesuai dengan yang kami inginkan. Tak disangka, berkah dari postingan mbak Dinov di facebook soal acara survei, mbak Dinov  mendapatkan informasi soal lokasi kemping di Sentul yang akhirnya menurut kami paling cocok.
Lokasi itu bernama Sentul Eco Edu Tourism Forrest, sebuah hutan yang dikelola dibawah binaan perhutani di kawasan wisata Gunung Pancar.
Mbak Dinov yang survei ke sana, dan setelah melihat foto-fotonya, saya dan Dewi setuju dengan lokasi tersebut.
Berhitung cuaca dan persiapan, kmaimenentukan tanggal 31 Oktober adalah yang paling cocok. Kalau lebih cepat khawatir persiapan mepet dan leboh lambah khawatir mulai musim hujan.
Ternyata banyak teman-teman Pijar yang berhalangan pada tanggal tersebut, jadi hanya sedikit peserta yang terkumpul. Kami pun membuka untuk teman atau saudara dari anggota Pijar dan terkunpullah total 13 keluarga plus 1 orang yang tidak membawa keluarga, eh bawa sih, namanya Baron dan Hans, nanti ada cerita khusus tentang 2 anggota keluarga ini. Jadi total ada 14 tenda yang berdiri

image

Kami datang dengan kendaraan masing-masing. Yang ada yang nebeng sih, seperti saya nebeng Dewi, akibat si Leo sedang masuk bengkel dan membuat papa Damai nggak bisa ikut juga. Bertemu di lokasi kemping, memilih tenda dan mengumpulkan makan siang di bangunan yang menjadi aula pertemuan lalu sebagian dari kami makan siang bersama, sambil menunggu teman-teman yang masih dalam perjalanan.
Jadwal acara kami hanyalah garis besar dan tidak kaku jadi sangat fleksibel disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Rencana awal acara dimulai setelah makan siang bersama, namun sejak sebelum jam makan siang para peserta kemping ynag datang lebih dulu sudah
tidak sabar ingin segera mencicipi sungai kecil di bagian bawah lokasi kemping, jadilah satu persatu berpindah lokasi ke sungai.

image
Air sungai tidak banyak karena lama tidak hujan

Setelah puas berbasah-basahan, satu persatu mandi dan berganti dengan pakaian kering. Seluruh peserta berkumpul di hall dan saling berkenalan. Anak-anak dipanggil maju untuk memperkenalkan keluarganya. Anak yang terlalu kecil atau masih malu diperkenalkan oleh orang tuanya. Saling berkenalan membuat suasana menjadi lebih hangat.
Ynag berkenalan paling akhir adalah Om Suluh, begitu anak-anak menyebutnya dan juga akhirnya para orang tua, yang selain memperkenalkan dirinya juga memperkenalkan Baron dan Hans, kedua peliharaan yang sangat disayanginya. Baron adalah seekor ular sanca betina berukuran 3 m dan Hans adalah kadal. Saya lupa persisnya jenis apa si Hans ini.

Sebelum lebih jauh memperkenalkan Baron dan Hans, om Suluh bercerita soal reptil secara garis besar.

image

Anak anak boleh memegang Baron dan Hans. Khusus untuk Baron hanya boleh dipegang bagian badannya, jangan kepala maupun ekornya karena nanti akan reaktif.

image
Mengelus Baron
image
Membelai Hans

image

Selain menyentuh, anak-anak juga diperlihatkan bagaimana reptil berjalan, bagaimana bedanya jalannya Baron dan Hans. Anak-anak tampak takut dan ragu awalnya. Tapi lama kelamaan berani karena mereka tahu kedua hewan ini jinak. Bahkan esoknya, setiap om Suluh bawa karung di pundaknya, anak-anak berteriak, “Barooooon!” Mereka mengikuti om Suluh yang membiarkan Baron melata di tanah dan memandikan Hans. Bahkan permisi masuk tenda om Suluh untuk mendengarkan aneka kisah reptil. Om Suluh ini benar-benar cocok ya namanya suluh, hihihi..
Setelah acara perkenalan, semua bebas beraktivitas, sampai tiba waktunya makan malam yang dilanjutkan dengan api unggun.
Namun ada hal yang sungguh tak terrduga di sore hari menjelang magrib. Hujan turun dengan deras dan cukup lama. Tenda-tenda asah dan.sebagian bocor. Aula pun ketampyasan hingga ke tengah. Saya mencoba mengecek setiap tenda untuk melihat seberapa parah kebocorannya. Beberapa ada yang sampai tergenang. Bersyukur semua tetap.positif dan saling mendukung. Kami cari solusi bersama. Lapor pengelola, minta ganti beberapa tenda dan alas. Lewat magrib semua beres, nggak jadi ada yang harus pindah ke guesthouse seperti kekhawatiran saya. Jadi semua bisa tetap tidur di tenda masing-masing.
Setelah makan malam, kami berpindah ke area api unggun. Beruntung, pengelola sempat menutup kayu ynag sudah disiapkan sehingga acara api unggun tetap bisa berlangsung. Anak-anak menyanyi dan bermain di sekitar api unggun hingga jam setengah sepuluh malam. Pengelola menyediakan kacang, ubi dan jagung rebus untuk kami.

image

Kami semua bergembira walau beberapa anak ada yang digigit semut. Ya, banyak semut naik ke permukaan tanah pasca hujan.

image

image

image

image

Setelah puas menikmati api unggun, kami menuju tenda masing-masing dan beristirahat. Saya menuju ke aula untuk mengisi baterai hp.

image

Setelah sendirian kira-kira 15 menit, 3 anak laki laki datang membawa bola. Andika dkk main bola kaki bertiga. Baru sekitar 15 menit bermain, bola tertendang jauh ke bawah dan sanpai di pinggir sungai. Saya tidak mengijinkan mereka mengambil bola karena terlalu berbahaya. Akhirnya mereka ganti permainan, bulutangkis. Selain mereka bertiga ada satu anak perempuan, Alexa, yang ikut bermain sehingga bisa bermain double.
Beberapa saat kemudian Amanda dan Damai datang mengambil bakso, katanya mau bikin bakso bakar. Waah, ternyata masih belum ngantuk mereka. Sekitar setengah jam kemudian saya diantarkan semangkuk bakso dan sosis bakar oleh mbak Sari dan mbak Nanink yang baru saja selesai bakar-bakaran bersama anak-anak. Kami ngobrol cukup lama.
Damai memutuskan mau tidur di aula saja karena merasa gerah di tenda. Akhirnya Damai dibantu Amanda membawa sleeping bag dan selimut dari tenda. Amanda dan andika, yang meminjam komik Conannya Damai pun akhirnya minta ijin mamanya untuk ikut tidur bersama kami. Jadi kami berempat tidak kemping ya namanya, hahaha… tapi tidur di aula.
Lewat tengah malam kami baru mulai tidur, saat teman-teman di tenda sudah jauh terlelap. (Bersambung)