Hey, I did it again

Waktu shaving yang pertama 2 tahun lalu, saya memang berencana melakukan lagi. Saat itu saya nggak dapat sumbangan satupun dari teman2. Jadi saya sumbang sendiri ala  kadarnya. Saya sadar betul saat itu bahwa kenalan saya sangat terbatas. Nggak bisa dibilang sedikit juga sih, tapi menggerakkan hati kan bukan soal mudah, mungkin saya nggak cukup menggerakkan hati waktu itu. Saya cuma berpikir, dengan ikutnya saya di kegiatan itu, yang mana dipajang di etalase dept store terkemuka di pusat kota Auckland, mana tau ada orang yang tergerak melakukan hal yang sama dan siapa tahu dia punya banyak teman yang menyumbang 🙂

April 2018

Nah, kali ini saya lebih berani pasang target minimal, yang jumlahnya nggak terlalu banyak juga sih karena masih belum kebayang bakal dapat donasi seberapa. Saya pasang target 500 dollar, yang ternyata nggak sampai 12 jam sudah terpenuhi. Rasanya lega bisa memenuhi kewajiban yang tertunda sejak Maret karena pandemik.

Terima kasih untuk teman dan sahabat yang menyisihkan rejekinya untuk para penderita leukemia dan blood cancer. Semoga dananya berguna untuk support mereka termasuk dalam membiayai riset2 terkait. God bless you all.

Rindu

Rindu serindu-rindunya, menulis lagi di laman ini. Beneran emang ya konsisten nulis itu susah. Padahal saya nulisnya juga bukan yang berbobot gitu, cuma pingin cerita yang seru-seru, yang saya alami sehari-hari. Pingin berbagi hal2 indah dan rasa syukur setiap hari. Karena beneran deh, nggak punya alasan untuk ngeluh dan pinginnya rasa itu dibagi supaya bisa menyebarkan semangat.

Tunggu ya, saya akan berusaha sekuat tenaga mulai lagi. Sekarang mau bobok dulu 🙂

Tumis Jamur Portobello

Kok kangen ya posting resep. Sebenarnya sejak tinggal di Auckland ada banyak masakan yang dibuat dengan sangat praktis dan mengandalkan bumbu seadanya tapi buat kami rasanya luar biasa. Mudah2an nggak males buat mulai nyatet lagi ya.

Hari ini saya masak tumis jamur portobello yang saya beli 4 hari lalu. Daripada kelamaan di kulkas, saya masak semua.

Bahan-bahan:

3 siung bawang putih

1 sdt garam, ini sih sesuaikan sama selera ya

1/2 sdt lada hitam bubuk

1 ruas jari jahe, memarkan

250 gr portobello, iris memanjang

1 paprika kuning, iris memanjang

1 paprika merah, iris memanjang

1 ikat kailan, potong-potong

2 sdm olive oil

1 sdm minyak wijen

Cara memasak:

Panaskan olive oil, tumis bawang putih hingga harum, masukkan jahe, aduk.

masukkan paprika, tumis hinggga agak layu, tambahkan garam dan lada hitam

Masukkan jamur dan kailan

Tambahkan minyak wijen, aduk dan biarkan sebentar lalu angkat dan sajikan.

Kami makan dengan rice crackers atau quinoa. Pake nasi hangat juga pasti enak. Selamat mencoba.

Hadiah Kecil Untuk Diri Sendiri

note: ini postingan dah lama tp ga dipublish2, jd agak jebot ya.

Perjalanan sekolah saya setahun terakhir ini sungguh penuh dinamika dan akan menjadi kenangan manis dan berharga.

Sebagai ibu yang kuliah lagi setelah hampir 20 tahun, pakai bahasa inggris pula, yang mana sebelumnya nggak pernah dipakai, bukan hal yang sederhana buat saya. Ngerjain paper, ujian, presentasi dan diskusi di kelas jadi macam pertempuran buat saya. Tapi yah, semua terlewati dengan baik. Hasilnya gak excellent seperti teman2 saya yang muda2 dan pintar itu, haha… Tapi cukup… Cukup bikin saya menepuk bahu sendiri bilang, “Well done!” Dan tentu saya layak diberi hadiah😁.

Ya, saya menghadiahi diri saya jalan2 sendiri, naik bus jumat pagi 2 Nov, menikmati pemandangan New Zealand dari Auckland ke Wellington. Kenapa ke sana? Karena ada teman saya, Myrna, teman SMA yang terakhir ketemu ya pas perpisahan SMA tahun 1996, dan karena suami saya sudah pernah ke Wellington. Pinginnya kalo ke kota baru ya bareng2 sama keluarga.

Perjalanan sekitar 11 jam, busnya bertingkat, saya duduk di atas. Sopir tanpa asisten, tidak muda, dan setiap perhentian dia turun untuk buka bagasi. Sungguh saya kagum sama sopirnya, masih segar dan kuat. Jalurnya naik turun, kadamg berkelok tapi nggak maboklah, saya udah lolos kelok 9 di Sumatera Barat haha…

Pemandangan indah di kanan kiri bikin saya nggak berhenti berdecak kagum dan bersyukur bisa mengalami ini. Tentu sambil mikit, alangkah indahnya kalo bisa pergi bertiga sama Damai dan papanya.

Saya sampai malam hari, dijemput Myrna dan suami di halte bus, bawa tas ke rumahnya lalu ke Mt Victoria. Cuaca kurang ramah saat saya sampai di Wellington jadi nggak bisa eksplore banyak di malam itu maupun di hari kedua. Tapi ga masalah, saya tetep enjoy. Bisa meet up sama temen lama dan berkenalan dengan keluarganya itu berkat.

Hari berikutnya saya ketemu Syva, teman yang saya kenal waktu cari2 info soal NZ, kira2 1,5 tahun sebelum saya ke sini. Senengnya…. Dan beruntung sempet ketemu, karena sekarang Syva dan keluarga sdh balik ke Indonesia. Semoga ada kesempatan jumpa lagi nanti.

Puas nggak jalan2nya? Nggak mungkin ada puasnyalah, tapi cukup dan bersyukur. Ketemu temen2 itu berharga banget. Balik ke Auckland Minggu malem, Senin pagi sampai Auckland langsung kerja. Sorenya, sampe rumah udah dibeliin tiket IMAX Bohemian Rhapsody. What a day!

Foto2nya di bawah aja yaa

Wujud Rasa Syukur

Ini video dan foto2 bulan Maret 2018 lalu saat saya ikut kegiatan penggalangan dana untuk blood cancer dan leukimia. Mikirnya cuma sebentar, begitu dapat ijin suami untuk cukur saya langsung email. Saat itu saya memang belum punya banyak kenalan yang bisa dimintain sumbangan tapi saya berharap kenekatam saya yg ditonton orang banyak di jalan utama Auckland CBD bikin orang2 yang lihat berani melakukan juga dan hopefully mereka punya network yg lebih luas.

Throw Back: Kapan anak boleh makan nasi

Saya bukan penulis blog yang rajin. Kontennya pun nggak spektakuler. Saya menulis tergantung rasa hati saya. Pun saya jarang cek stats, sampai beberapa minggu terakhir. Saya jadi rutin cek karena tertarik oleh sesuatu: postingan yang paling banyak viewnya, yaitu Kapan Anak Boleh Mulai Makan Nasi.

Posting itu dibulat tahun 2010, waktu saya masih aktif mengencourage para ibu untuk pemberian makanan bayi homemade. Masa-masa masih rajin ngetwit dan nulis blog. Sekarang udah jarang nulis soal makanan bayi balita tapi tetap berusaha update ilmu, banyak baca dan tetap bersedia diajak diskusi soal ini.

Jadi kapan sebaiknya bayi mulai makan nasi? Jawaban saya teap sama sih, tergantung kesiapan bayi. Intinya mulai dengan makanan padat super lembut di 6 bulan lalu ditambah perlahan kekasarannya hingga di 12 bulan bayi sudah bisa makan table food sama seperti anggota keluarga lain

Oh iya, ada cerita sedikit soal keponakan saya yang sekarang ini sedang MPASI. Suatu hari, mamanya WA saya dan cerita kalau si baby lagi males-malesan makan. Waktu itu sekitar 8 mau ke 9 bulan umurnya. Dari pengalaman Damai dan anak2 teman saya, ada aja dong pasti masa2 begitu. Sebabnya bisa beragam, misalnya lagi nggak sehat, nggak suka makanannya atau sekedar bosan. Bisa bosan sama aroma, suasana, rasa ataupun tekstur. Saya coba cek teksturnya, liat di foto IG aja sih, makl kan kami berjauhan, lalu mengusulkan, coba deh ubah teksturnya, pakai nasi lembek yang sedikit dilumat, jd meningkat agak kasar sesikit dari sebelumnya. Eh bener aja, mau lho dia… Jadi, jangan keburu mikir anaknya gak doyan makan trus panik ya… Pasti akan ada celah kok untuk tetep encourage dia mau makan. Nanti makin besar juga seleranya bisa berubah atau berkembang. Trust me, you will miss those moments in the future. I do miss baby-feeding time. I wish i could borrow a baby here. Happy feeding!

Am I in the comfort zone?

Browns Bay

I once posted about comfort zone and it will always be something to relate in the future.

When you feel too comfortable in certain conditions, you tend to enjoy and be satisfied easily. For me, it is actually my bad, I’d love to stay as long as possible and won’t do something new. I would stick in that condition until I get bored and then realise that i need to do something better, fresher, bigger and more useful. And then i would feel uncomfortable.

For me, it is important not to come to that phase. When I feel too comfortable, I try to find something new to do. It doesn’t need to be big but should be beneficial not only for me but also for anyone else, could be family, friends or community.

I think I am not yet in that zone now but why do I feel like I am too lazy. So, which phase am I staying in now? I am reflecting.

Reflecting through inside my heart is the way I express my gratefulness of a great life given to me.

Please do so together with me if you have the same thoughts.

Beauty Catcher

Duder Regional Park, Auckland

Yeah, started from yesterday, I changed my blog name. No specific reason, just wanna make it fresh and actual as i might not write much about baby and feeding anymore. I will keep in encouraging people to support breastfeeding, eating homemade healthy foods and having enough daily exercise. And you can always ask me to discuss about those things as i will keep reading and updating my knowledge.

The beauty in Beauty Catcher is not just about the beautiful scenery that i have been enjoying the last 11 months, it’s also about the beauty of life, friendship, self actualisation and dreams.

Let’s catch our beautiful dreams and be happy in its journey.

It has been a wonderful journey

37915434_1914642465262320_6320432087056777216_o

2 November 2017, our first meeting, in our orientation day. It was clearly an international class. We introduced names, countries and backgrounds. It was such a memorable moment for me as it was the first time I should speak English in front of so many people. Yes, I was so nervous back then.

We are post graduate diploma students and MBA students. In the first day of our orientation, we were divided into groups of 3. I was in the group with a beautiful girl from Russia, named Nadia and Nitesh, from India. We named our group as AVENGERS. That was the very first time I interacted with people from different countries, had to communicate in English and I got more nervous.

Then I faced the reality, that I have to study new subjects, interact with new people from different countries, and the most-scary thing for me at that time: writing a PAPER. I like to write but I have never written paper in English. (I will write in another post for the “learning English story” of mine)

172-4

Being friends with people from many countries at the same time taught me a lot of things. I learnt a lot about cultural relativism, culture as the way of life, stereotype, noise in communication, how a culture constructs people’s behaviour, etc. It was like I jumped into another real knowledge. And… it was so fun!

Let me recall my first memories, the names that I can remember at the first days we met. Before Nitesh and Nadia, there were Nurma and Indri, from Indonesia that became friends. After Nitesh and Nadia, I met Mychael, also from Indonesia. Then I remember a boy named Thang, from Vietnam, and Maria from Columbia. The first names that I can clearly memorised.

40784900_10155756729816658_6129460274660376576_o

Then days were running so fast. We studied together in the class, worked on the assignments and faced the exams together. Nadia created a whatsapp group for us, ACADEMIC HEROES, our place to share the informations, jokes and also our burdens especially when we have exams and assignments. This group helps us to get along well. Our lunch times were special, as those were the moments for us to know each other. Gradually, I memorised my friends’ names, and got to know each other more.

And now, at the 11th month of our journey, one by one of us finished the modules. And the pieces of memories pop-up in my mind. The times we were together, our lunch times, our first exam, first assignment, our summer days, negotiation class, crazy March, group assignments, our cold winter days and so many memorable times together. For me, there was a very special moment, my birthday, when they threw me a surprise and i was feeling overwhelmed.

I am glad that I have been in this journey with all lovely friends. I can say that I had great times and feel grateful that I have been surrounded by their love and care and I feel so blessed.

For this lovely journey, for giving me such beautiful memories, lovely friendships and great experiences, I praise The Lord.

172-3