Rencana Besar

Pernah nggak kalian punya rencana besar yang bikin deg-degan, kepikiran terus dan bikin jadi lebih tekun berdoa? Adalah ya pasti. Saya nggak ingat kapan terakhir mengalami hal semacam ini. Hmm… mungkin waktu mau resign dari kantor. Ya, sebuah kantor media ternama negeri ini, yang mana rasa bangga sebagai mantan karyawan kantor tersebut masih terasa sampai sekarang. Waktu mau menikah seingat saya nggak segininya, atau mungkin sudah lupa ya, kurang tahu juga.

Jadi sebenarnya, apa rencana besar yang saya maksud? Sayangnya saya belum bisa ceritakan. Prosesnya masih berjalan, masih persiapan, jadi belum layak diceritakan. Poinnya adalah, merancang sebuah rencana adalah kuasa manusia, namun bagaimana terjadinya itu adalah kuasa Tuhan. Jadi, sementara saya berusaha dengan kekuatan manusia, saya meyakini, penyelesaiannya nanti akan terjadi dengan kuasa Tuhan.

Untuk kalian semua yang sedang merancang, merencanakan dan manpersiapkan sesuatu yang penting dalam hidup, mari lakukan dengan hati gembira dan penuh syukur.

Mengawali Tahun Baru Dengan Penuh Syukur

Tahun 2011 telah terlewati dan sekarang kita masuki tahun 2012. Bagaimana rasanya?
Hati saya berbunga-bunga, penuh rasa syukur, penuh semangat untuk menggapai cita2 di depan.
Semoga anda pun demikian.

Tahun 2011 adalah tahun yang penuh dengan rencana bagi keluarga kami. Rencana yang cukup besar artinya pengharapan yang besar. Beberapa terwujud, beberapa tidak. Rencana yang terwujud mengobati kekecewaan atas rencana lain yang belum bisa kami wujudkan. Yakin seyakin yakinnya, itu hanya tertunda.

Kini, masuk di 2012, kepala kami penuh dengan rencana untuk melanjutkan apa yang kami raih di 2011 dan mewujudkan kembali mimpi2 baru yang kami bangun bersama.
Ya, hidup harus penuh dengan impian dan cita-cita agar semangat terus membara.

Semoga tahun ini hati kita makin penuh dengan cinta, rasa syukur dan segala harapan bisa terwujud, segala halangan teratasi.

Selamat Tahun Baru 2012!

Mudik Natal 2009

Natal tahun ini, seperti Natal-natal lainnya, keluarga kami mudik ke Gunungkidul, daerah asal suami saya. Meski sudah dijadwalkan jauh-jauh hari, tapi tetap saja rasanya terburu-buru ketika berangkat, karena suami saya masih masuk kerja kemarin pagi dan hutang-hutang pekerjaan saya cukup banyak.

Saya hendak cerita soal bekal yang tidak lagi terlalu repot jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bukan hanya karena Damai sudah lebih besar, tapi juga karena kami agak terburu-buru.

Jika tahun-tahun sebelumnya saya selalu menyiapkan aneka bekal untuk di perjalanan maupun selama kami tinggal di tempat mbah buyutnya Damai, kali ini saya hanya membawa bekal: roti, air putih, keju dan havermut mentah (saya pikir saya bawa, ternyata ketinggalan).

Setelah beberapa kali kami mudik, kami menjadi terbiasa dan dengan mudah mengatur strategi untuk tetap makan yang lumayan sehat, setidaknya untuk mengimbangi makanan-makanan di sini yang luar biasa menggiurkan (dan yang menggiurkan biasanya tidak terlalu sehat). Favorit saya adalah jangan lombok (tempe yang dimasak pedas dengan banyak cabai dan santan kental). Damai tentu tak bisa makan ini, selain karena bersantan (yang biasanya membuatnya banyak bertanya dan ujung-ujungnya bisa menolak) tapi juga terlalu pedas.

Yang bisa kami lakukan sangat sederhana, yaitu: merebus sayuran,makan buah dan minum air putih lebih banyak. Karena Damai sudah makan hampir semua masakan yang disediakan (kecuali yang pedas)saya tak perlu memasak makanan khusus, dan hanya perlu merebus sayuran bila menu yang ada belum ada sayuran. Hal ini akan mempertahankan taste-nya lidah Damai dan saya tidak akan kesulitan mengembalikan ke kebiasaan di rumah yang masakannya cenderung tawar. Saya juga tidak terlalu merasa bersalah karena makan bersantan, gorengan dan banyak makanan manis. Sayur dan buah yang cukup banyak ada di sini, saya harap bisa menyeimbangkan (mungkin kenyataannya tetap tak dapat mengimbangi, karena jenis makanan yang luar biasa banyak dan sungguh menggiurkan).

Kami mungkin tetap kembali ke Tangerang dalam keadaan lebih berat, lebih gemuk, kolesterol dan tensi lebih tinggi namun setidaknya keadaan yang demikian akan memantapkan resolusi sehat kami di tahun 2010. Walau masih sama dengan resolusi tahun lalu, saya tetap optimis dan bersemangat, setidaknya tidak pernah berhenti berusaha. Anda bagaimana? Mau tetap berusaha bersama saya? Oya, selamat untuk anda yang berhasil di tahun 2010 dengan resolusi sehatnya ya…

Ingin Seperti Orang Lain

Tentu saja ini sangat berbeda dengan ingin menjadi orang lain. Seringkali kita terinspirasi oleh orang lain. Melihat kesuksesan hidupnya, melihat kebahagaannya, melihat segala pencapaiannya, membuat kita ingin seperti dia. Salahkah hal ini? Menurut saya tidak, karena cerita kesuksesan memang bisa berawal dari mana saja. Mungkin kita hanya tahu sekilas tentang kesuksesan seseorang yang lalu membuat kita bersemangat untuk bisa memperoleh kesuksesan serupa. Boleh kan?

Rumput tetangga seringkali lebih indah sehingga kita pun ingin punya rumput seperti itu. Lalu, apakah kita akan mencurinya? Jawaban sebenarnya terserah anda, tetapi kalau bicara ideal, tentu sebaiknya anda tidak mencurinya. Akan lebih baik bila kita menanam rumput yang sama dan melakukan hal-hal yang bisa membuat rumput kita sama bagusnya dengan rumput tetangga kita itu. Atau justru lakukan lebih, maka kita akan memiliki rumput yang lebih indah.

Ingin sukses seperti orang lain bagi saya adalah salah satu jalan untuk sukses. Dengan keinginan itu kita menjadi bersemangat sehingga kita lebih teliti memilih jalan dan cara-cara yang akan membuat kita sukses. Segera tentukan langkah dan lakukan, maka kita akan segera memperoleh kesuksesan yang kita inginkan. Itulah mengapa Tuhan memperlihatkan sukses orang lain pada kita saat ini, karena Tuhan ingin kita berusaha sekarang.